Isu kenaikan harga BBM kembali muncul
akhir-akhir ini. Dikabarkan kenaikan harga BBM kali ini disebabkan karena
kenaikan harga minyak dunia dan jebolnya dana APBN. Menurut Menteri ESDM Jero
Wacik, jebolnya subsidi energi pada tahun ini dipicu pendistribusian bahan
bakar minyak (BBM) subsidi yang mencapai 45,27 juta kiloliter (kl). Angka ini
melebihi kuota yang ditetapkan APBN-P sebesar 40 juta kl, demikian penuturan
mentri ESDM ketika diwawancarai reporter liputan6.com, Kamis
(27/12/2012). Dengan pernyataan itu pemerintah menuding bahwa penyebab jebolnya
APBN karena konsumsi premium yang meningkat.
Penyebab jebolnya APBN jika ditelisik lebih dalam tidak bersumber pada subsidi BBM. Menurut pengamat ekonomi Iman Sugema, jebolnya APBN dissebabkan karena adanya tambahan pengeluaran untuk cost recovery, PLN, dan BLSM yang besarnya mencapai Rp106,3 triliun. Selain itu juga karena usulan penurunan penerimaan pajak sebesar 25,8 triliun dan PNBP Gas sebesar Rp6,1 triliun.
Penyebab jebolnya APBN jika ditelisik lebih dalam tidak bersumber pada subsidi BBM. Menurut pengamat ekonomi Iman Sugema, jebolnya APBN dissebabkan karena adanya tambahan pengeluaran untuk cost recovery, PLN, dan BLSM yang besarnya mencapai Rp106,3 triliun. Selain itu juga karena usulan penurunan penerimaan pajak sebesar 25,8 triliun dan PNBP Gas sebesar Rp6,1 triliun.
Menurut saya pribadi dalam melihat kasus
ini, sebaiknya pemerintah berpikir ulang mengenai rencana kenaikan harga BBM
tersebut. Karena penyebab jebolnya APBN bukan semata-mata disebabkan
tambahan subsidi BBM. Pemerintah harusnya lebih melihat ke penurunan penerimaan
pajak. Seandainya rasio pajak bisa ditingkatkan, APBN tidak akan mengalami
defisit. Selain itu pemerintah harus menempatkan sektor energi seperti BBM
sebagai sektor utama dalam pendanaan APBN, karena pada sektor ini kesejahteraan
masyarakat ditentukan.
Referensi :
No comments:
Post a Comment