Pages

Tuesday, October 27, 2015

Listrik dapat Dihasilkan dari Limbah Tahu?




Judul di atas adalah pertanyaan yang pertama kali orang lontarkan ketika tahu tentang apa skripsi saya.  Yup, skripsi saya berkisar tentang pengolahan limbah, khususnya limbah cair tahu. Sebenarnya pengolahan limbah cair tahu menjadi listrik ini sudah banyak yang meneliti, tapi untuk orang-orang di sekitar saya dan masyarakat luas terbilang cukup asing sehingga menjadi topik yang menarik buat bahan diskusi mereka. Di kampus saya sendiri judul ini masih terbilang baru dan  saya tidak sengaja mendapatkannya di tempat PKL (Praktek Kerja Lapangan).

Jawabannya?

Saya tidak menerangkan secara detail ketika mereka menanyakan gimana sih caranya?, kok bisa limbah tahu jadi listrik? Saya hanya menjawab dengan menggunakan prinsip elektrokimia plus bantuan dari bakteri sehingga terbentuk aliran electron. Namun, biasanya dengan jawaban ini mereka masih bingung. Elektromia itu sih apa? Lha kok ada bakteri juga?. Dan setelah itu juga saya biasanya nyerah untuk menerangkan secara detail bagaimana cara kerjanya hehe :D
Kesulitan dalam menerangkan seperti di atas sebenarnya bisa diatasi sedikit dengan bantuan coret-coretan. Tapi mau gimana lagi? Pertanyaan itu muncul ketika saya lagi nyantai, atau lebih sering ketika papasan di jalan sembari sama-sama nanya tentang progres skripsi, wisuda, kerja, lamaran, nikah dll. Nah, karena itulah di sini saya akan menerangkan sedikit tentang cara kerja pengolahan limbah cair tahu. Sedangkan bagaimana proses saya mendapatkan judul skripsi ini sudah saya ceritakan dengan seru di tumblr saya :) jadi kalau mau tau lebih lanjut, klik aja http://myairudi.tumblr.com/

Caranya?

Prinsipnya dengan menggunakan system elektokimia sederhana. Di pelajaran Kimia SMA biasanya diterangkan tentang sel volta/galvani dimana terdapat dua ruang (biasanya berisi larutan Zn dan Mn) yang dipisahkan dengan jembatan garam. Nah, begitupun juga sistem yang saya pakai pada penelitian skripsi ini. Pada system ini ada dua ruang yang terpisah yaitu ruang anoda berisi limbah cair tahu dan ruang katoda berisi larutan elektrolit (berfungsi sebagai penangkap electron). Kedua ruang tersebut dipisahkan oleh jembatan garam dan masing-masing diberi batang anoda dan katoda dari bahan yang sama yaitu karbon. Kemudian, batang anoda dan katoda tersebut dihubungkan ke multimeter (pengukur kuat arus listrik) dengan kabel.
Listrik merupakan aliran electron, sehingga untuk mendapatkan listrik kita harus membuat sistem yang dapat mengalirkan electron secara terus-menerus (kontinu). Sistem yang saya gunakan menghasilkan electron dari sisa hasil metabolisme bakteri pada ruang anoda. Di sinilah peran bakteri tersebut, bakteri mengkonsumsi  bahan-bahan organic yang ada pada limbah kemudian secara alami bermetabolisme dan menghasilkan electron dan proton. Electron yang dihasilkan secara otomatis bergerak menuju ruang katoda, tempat dimana larutan elektrolit si penangkap electron berada. Ketika electron sudah berpindah ke ruang katoda, terjadi ketidakseimbangan muatan antara  ruang anoda dan katoda, sehingga proton  harus ‘ditrensfer’ ke ruang katoda dengan jembatan garam si penukar kation tsb. Akhirnya karena adanya aliran electron secara terus-menerus dari ruang anoda ke ruang katoda, kuat arus listrik dapat diukur.
Hmm.. banyak juga ya penjelasannya, semoga dengan penjelasan di atas, gak ada lagi kebingungan-kebingungan bagaimana listrik bisa dihasilkan dari limbah tahu. Tapi, kalau masih bingung bisa cek jurnal saya yang sudah dipublikasikan di http://journal.uny.ac.id/index.php/jsd/article/view/4142 atau hub saya di agustin.hermayanti@yahoo.com
Seoga bermanfaat :D :)



No comments:

Post a Comment