Judul di atas adalah pertanyaan yang pertama kali orang
lontarkan ketika tahu tentang apa skripsi saya.
Yup, skripsi saya berkisar tentang pengolahan limbah, khususnya limbah
cair tahu. Sebenarnya pengolahan limbah cair tahu menjadi listrik ini sudah
banyak yang meneliti, tapi untuk orang-orang di sekitar saya dan masyarakat
luas terbilang cukup asing sehingga menjadi topik yang menarik buat bahan
diskusi mereka. Di kampus saya sendiri judul ini masih terbilang baru dan saya tidak sengaja mendapatkannya di tempat
PKL (Praktek Kerja Lapangan).
Jawabannya?
Saya tidak menerangkan secara detail ketika mereka
menanyakan gimana sih caranya?, kok bisa
limbah tahu jadi listrik? Saya hanya menjawab dengan menggunakan prinsip
elektrokimia plus bantuan dari bakteri sehingga terbentuk aliran electron.
Namun, biasanya dengan jawaban ini mereka masih bingung. Elektromia itu sih apa? Lha kok ada bakteri juga?. Dan setelah itu
juga saya biasanya nyerah untuk menerangkan secara detail bagaimana cara
kerjanya hehe :D
Kesulitan dalam menerangkan seperti di atas sebenarnya bisa
diatasi sedikit dengan bantuan coret-coretan. Tapi mau gimana lagi? Pertanyaan itu
muncul ketika saya lagi nyantai, atau lebih sering ketika papasan di jalan
sembari sama-sama nanya tentang progres skripsi, wisuda, kerja, lamaran, nikah
dll. Nah, karena itulah di sini saya akan menerangkan sedikit tentang cara
kerja pengolahan limbah cair tahu. Sedangkan bagaimana proses saya mendapatkan
judul skripsi ini sudah saya ceritakan dengan seru di tumblr saya :) jadi kalau mau tau
lebih lanjut, klik aja http://myairudi.tumblr.com/
Caranya?
Prinsipnya dengan menggunakan system elektokimia sederhana.
Di pelajaran Kimia SMA biasanya diterangkan tentang sel volta/galvani dimana
terdapat dua ruang (biasanya berisi larutan Zn dan Mn) yang dipisahkan dengan
jembatan garam. Nah, begitupun juga sistem yang saya pakai pada penelitian
skripsi ini. Pada system ini ada dua ruang yang terpisah yaitu ruang anoda
berisi limbah cair tahu dan ruang katoda berisi larutan elektrolit (berfungsi
sebagai penangkap electron). Kedua ruang tersebut dipisahkan oleh jembatan
garam dan masing-masing diberi batang anoda dan katoda dari bahan yang sama
yaitu karbon. Kemudian, batang anoda dan katoda tersebut dihubungkan ke
multimeter (pengukur kuat arus listrik) dengan kabel.
Listrik merupakan aliran electron, sehingga untuk
mendapatkan listrik kita harus membuat sistem yang dapat mengalirkan electron
secara terus-menerus (kontinu). Sistem yang saya gunakan menghasilkan electron
dari sisa hasil metabolisme bakteri pada ruang anoda. Di sinilah peran bakteri
tersebut, bakteri mengkonsumsi bahan-bahan organic yang ada pada limbah
kemudian secara alami bermetabolisme dan menghasilkan electron dan proton.
Electron yang dihasilkan secara otomatis bergerak menuju ruang katoda, tempat
dimana larutan elektrolit si penangkap electron berada. Ketika electron sudah
berpindah ke ruang katoda, terjadi ketidakseimbangan muatan antara ruang anoda dan katoda, sehingga proton harus ‘ditrensfer’ ke ruang katoda dengan
jembatan garam si penukar kation tsb. Akhirnya karena adanya aliran electron
secara terus-menerus dari ruang anoda ke ruang katoda, kuat arus listrik dapat
diukur.
Hmm.. banyak juga ya penjelasannya, semoga dengan penjelasan
di atas, gak ada lagi kebingungan-kebingungan bagaimana listrik bisa dihasilkan
dari limbah tahu. Tapi, kalau masih bingung bisa cek jurnal saya yang sudah
dipublikasikan di http://journal.uny.ac.id/index.php/jsd/article/view/4142
atau hub saya di agustin.hermayanti@yahoo.com
Seoga bermanfaat :D :)
No comments:
Post a Comment