Pages

Saturday, January 16, 2016

Saya Anak Kimia dan Pertanyaan Ini Tidak Asing Lagi Buat Saya



 Ini sepenggal kisah dari perjalanan panjang saya mendapatkan pekerjaan. Ada satu keresahan di dalamnya, di mana saya rasa setiap anak kimia pernah mengalaminya. Keresahan ini menjadi lebih seuatu lagi bagi saya karena terjadi tepat 2 hari sebelum peristiwa besar di Indonesia. Begitu besarnya peristiwa tersebut sampai menghasilkan banyak hastag, meme dan quote-quote baru di media sosial. 

Berawal dari tanggal 12 Januari 2016 tepatnya lima hari yang lalu, saya memenuhi panggilan wawancara di salah satu lembaga pendidikan. Di lembaga tersebut saya melamar sebagai guru Kimia. Sehari sebelumnya saya dan pelamar lain telah mengikuti tes tulis dan oleh panitia kami diberitahu bahwa besok akan ada dua sesi untuk tes wawancara. Sesi pertama yaitu diskusi dengan teman sekelompok sedangkan sesi kedua yaitu wawancara dengan HRD. Alhamdulillah sesi pertama keesokan harinya berjalan lancar mesikpun tema diskusi seputar tentang pendidikan, bidang yang kurang saya kuasai mengingat saya kuliah di jurusan kimia murni. Sesi selanjutnya…. hmm .. di sinilah keresahan itu muncul..

Sekitar satu jam menunggu giliran, akhirnya nama saya dipanggil juga oleh panitia. Saya kemudian beranjak masuk ke ruangan diiringi teriakan-teriakan kecil dukungan dari teman-teman baru saya. Sejenak menarik napas dalam, saya kemudian duduk di depan HRD dan mulai menyapa duluan. Percakapan-percakapan pun dilalui, pertama menggunakan bahasa Inggris kemudian mengalir seperti wawancara pada umumnya. Dan tibalah pertanyaan itu, sang HRD bertanya sambil tersenyum tipis,

Apakah anda bisa membuat atau merakit bom?

Sontak saya menjawab “Tidak Pak”

Tapi anda tahu bagaimana cara merakitnya?

Saya mulai bingung, di sini kan saya ingin menjadi guru, kenapa melulu ditanya tentang bom?. Saya kemudian menegaskan,”Tidak Pak, Kami semasa kuliah hanya belajar kimia secara umum dan kebermanfaatan.”

Pertanyaan semacam itu memang bukan pertama kali saya dapatkan, dan saya pun masih menganggap pertanyaan itu tidak serius. Akan tetapi hal ini menjadi sangat mengganggu bagi saya ketika 2 hari setelahnya terjadi serangan bom dan baku tembak di Sarinah Jakarta. Saya kemudian berpikir, banyak pertanyaan  seperti itu keluar secara spontan  dari kalangan awam. Padahal apa yang kami pelajari semasa kuliah bahkan jauh daripada itu. Kami dididik menjadi seorang kimiawan yang kelak dapat memberikan manfaat bagi orang banyak. Melalui penelitian, Kimiawan ditantang untuk memecahkan berbagai macam permasalahan lingkungan dan perkembangan teknologi.

Menjadi anak kimia memang terkadang harus bersabar dengan berbagai macam pertanyaan dan stigma. Banyak orang yang kurang paham akhirnya menganggap bahwa Kimia itu spesialis Bom. Kata Kimia sendiri dikalangan masyarakat luas identik dengan racun yang membahayakan makhluk hidup. Stigma-stigma negative ini lah yang selayaknya diperangi oleh Kimiawan. Bagaimana caranya? Tentu kita bisa memulainya dengan banyak bersosialisai tentang penggunan kata Kimia, bahan Kimia tidak selalu berarti bahaya karena dalam nasi pun terdapat bahan Kimia. Dan selalu ingatkan pada khalayak ramai jika seorang kimiawan bukan berarti orang yang paham cara merakit bom apalagi terlibat langsung dalam jaringan teroris.